Lanjut ke konten

Sekolah Alam: Guruku Itu Bernama Kambing

9 Desember 2012

Sekolah Alam: Guruku Itu Bernama Kambing

Meskipun ia bernama kambing, aku sebagai muridnya tidak pernah menyapa pak Kambing atau panggilan singkatnya pak Bing.  Cukup menarik tali yang terpasang di lehernya bila ia mulai nakal. Mulai nakal makan pagar tanaman milik tetangga. Tanaman hijau, riribang, beluntas  yang cukup menggiurkan saat aku bawa menuju persawahan untuk merumput. Atau mengatakan, “Huss  syah syah huss” saat tergoda memakan tanaman padi yang hijau royo royo milik pak tani  di tengah-tengah ia merumput.

Kambing binatang ternak yang masih mempertahankan sifat liarnya. Betapa saya pernah dibuat kuwalahan atas anak kambing. Anak kambing saya bebaskan merumput tanpa diikat tali yang dipasak di tanah. Cukup induknya saja yang terikat. Betapa saya waktu itu terkejut melihat anak kambing dengan lincahnya mengejar pengendara motor. Takut kehilangan , meskipun badan lemas akibat sedang puasa yach aku kejar itu kambing. Hems cukup jauh untuk ukuran seusia anak kelas lima SD.

Mengembala atau angon kambing memang sangat jauh sekali dengan angon bebek. Sangat jauh berbeda.Jikalau pengembala akan membawa kambing ke tanah lapang meski sering kita bawa ke sana tidak secara otomatis mereka langsung ke sana. Mereka akan berjalan sesuka mereka. Kita lah yang harus menggiring mereka. Tidak tangkas mengikuti langkah mereka, kita akan ketinggalan. Dan bisa-bisa tanaman pagar milik teangga sepanjang jalan menuju tempat merumput akan kena  sosorannya. Melihat apa yang hijau tanpa ba bi bu tanpa permisi diembatnya. Begitu juga kalau kita akan membawa pulang ke kandang mereka akan berlari dan masih saja makan tanaman yang ditemui. Tidak bisa langsung menuju jalan ke kandang. Kudu sabar dan ekstra tenaga deh bila mengembala kambing.

Sementara kalau bebek hems tidak perlu banyak tenaga. Begitu kandang dibuka mereka akan tahu ke arah mana mereka biasa dibawa tuannya. Mereka berbaris teratur tanpa melenceng ke kanan atau ke kiri. Lurus. Lurus saja. Tidak akan memakan makanan yang ditemui sepanjang jalan menuju ke sawah. Barulah sampai ke sawah mereka akan makan. Begitu juga kalau akan kita bawa pulang satu kali kita menghalau sebagai tanda selesai acara cari makan. Mereka akan tahu jalan pulang. Betul-betul super teratur bebek itu.

Ya, lain binatang lain perilakunya. Dan inilah didikan kesabaran yang saya dapatkan dari kambing sang guru alam saya. Dengan mengembalahlah Allah meyiapkan karakter sabar. Kesabaran yang kuat.  Karena cita-cita kecil saja bukan cita-cita sesaat. Cita-cita yang kuat. Ya gurulah cita-cita saja. Dari sinilah klop sudah antra cita-cita dan karakter dasar yang harus dimilki pendidik, kesabaran.

Tanpa kesabaran yang kuat sulit bagiku untuk mendedikasikan diri sebagai pendidik. Sebab tenaga pendidik bukanlah tenaga profesional yang berhadapan dengan benda mati. Melainkan benda bernyawa yang bernama siswa. Siswa yang mengalami masa tumbuh dan berkembang. Baik berkembang fisik maupun mental. Dan bagaimana sih anak baru gede itu Anda tahu sendiri kan? Tanpa kesabaran dalam menghadapi mereka bisa-bisa Anda makan hati. He he boleh jadi dulu guru banyak berpenampilan kurus karena sering makan hati berulam jantung.

Itulah sebabnya kenapa Ralullah masa kecilnya guna menyambung hidup Beliau mengembala kambing dan tak tahunya dalam rangka inilah Allah menyiapkan kesabarannya untuk mendidik kaumnya yang beragam karakter. Dan beruntunglah saya mendapatkan kesempatan pendidikan ala persiapan menjadi nabi dan rasul. Pendidikan berkarakter sabar dengan media alam bernama, Kambing. Dan aku tidak memanggilnya pak kambing. Mesipun bisa dibilang aku berguru kepadanya

Kawan memori kecil apa yang dapat membentuk kesabaranmu?

From → coretanku

39 Komentar
  1. baru ngerti bebek bisa langsung tau jalan ke sawah … hebat ya…
    melatih kesabaran? nungguin anak puyuh menetas, ngeliatin aja paruh kecil mulai membuka jalan , cukup lama juga sampai dia bisa keluar dari cangkang

  2. bebek digunakan simbol orang yg sabar mengantri mbak monda

    wah klo aku dulu sukanya ambil telur puyuh

  3. mengantri minyak tanah karena ibu saya jualan Bu Mintarsih yang mengajarkan kesabaran … 🙂
    Dulu di kampung saya banyak yang memelihara bebek dan memang cukup diawasi dan dipimpin di depan bebek akan mengikuti..

    • betul Dan bebek memang mudah diataur, klo jalan gak main serobot.

      dulu aku pernah melihara bebek tapi hanya empat saja jdi gak usah digiring ke sawah

  4. Kesabaranku dibentuk sewaktu ibuku menyembunyikan mainan monopoliku dari hari Senin sampai Jumat dan baru bersedia mengeluarkannya kembali pada hari Sabtu dan Minggu.

  5. wah pengalaman masa kecilnya seru ya mbak. kayaknya saya gak punya pengalaman yang membentuk kesabaran seperti diatas. dulu pernah mamak saya menyembunyikan buku Harry Potter saya, tapi saya nemu tempat persembunyiannya. hihihi

    • betul ilham pengalaman masa kecil ternyata sangat berpengaruh pada masa kita sudah dewasa. bakat detektifmu tinggi Il

  6. duh apa yah….. waktu kecil suka bikin layangan dan joran, bikin satu aja lama…..

  7. Ely Meyer permalink

    belum ingat mbak

  8. Hmmmm !!

    Luar biasa pokoknyamah

    🙂

  9. Nabi Musa juga pernah menggembala kambing bu……

    • ya pak narno,inilah rahasianya Allah mempersiapkan hambanya sebagai nabi, yang nanti berurusan dengan umat dengan aneka karakter.

  10. uih… inspirasinya mantap…

  11. memori yg membentuk kesabaran saya? hmm… ngga tau juga yak. orang tua saya termasuk orang tua yang sabar. mungkin itu.

  12. mungkin aku cuma sedikit dari sekian banyak teman blogger yang sempat menjalani masa kecil bersama kambing setiap hari di pinggir sungai atau hutan
    beneran memori yang tak bisa terlupakan…

  13. jadi teringat sama bapak, menggembala kambing. bapak, bawa harmonika, saya bawa buku gambar dan krayon. hiks, kangen.

  14. Waktu kecil saya juga angon wedhus di oro-oro, sama teman-teman banyak banget, diselingi bermain ala anak jaman dulu…

  15. Hewan piaraan akang waktu kecil yaitu marmot, soalnya kalo marmot sekali beranak jumlahnya banyak jadi seneng deh piaraannya cepet banyak 🙂

  16. anakku gagal memelihara kang soalanya peliharanya di kandang , dicampur dg kelinci

  17. Butuh kesabaran sangat tinggi lagi ketika kita dipanggil kambing oleh orang lain hanya karena memiliki jenggot yang panjang… Hiks.. Hiks.. Hiks

  18. Jadi inget Adek, favoritnya juga kambing…

    Memori kecil melatih kesabaran, karena aku anak sulung ..maka selalu mengalah kepada ke empat adiku yg semuanya laki-laki Mbak..

  19. Saya termasuk yang pernah punya kambing dan menggembalakannya sendiri. Jaman SD saya dan adik saya masing2 punya kewajiban memelihara 2 ekor kambing.
    Dan itu termasuk memori indah.

  20. saya belum pernah angon wedhus Mbak.. dulu ayah saya punyanya sapi 😉

  21. Bu Min, kok kebetulan sekali saya juga ngangon kambing waktu kecil.. Sekolah saya (SD) punya kandang kambing dengen beberapaekor induk kambing di dalamnya.Dan kami murid-murid secara bergiliran memberi makan dan membersihkan kandang kambing itu setiap hari.memang benar sekali rasanya .. banyak sekali pelajaran kehidupan yang bisa saya petika atas pengalaman masa kecil saya jadi pengangon kambing..

  22. hahaha memelihara kambing saya pernah mbak min. Sama, saya jg masih sekolah, bahkan belum sekolah, sering bawa kambing ke sawah. Betul mbak, kambing itu paling susah masuk kandang, kudu dipancing pke daon. Selagi kambing di panteng disawah, saya mengarit rumput untuk stok makan kambing esok harinya.
    Ada lagi nich mbak, belajar dr memelihara kambing itu adalah penyeselan itu nggak selalu belakangan, ternyata ada penyesalan itu bisa datang didepan. Misalnya, menyesal saya didepan kambing, pasti diseruduk, coba klo dibelakang nggak akan menyesal krna nggak bakal diseruduk kambing hehe *joke nyeleneh tp cerdas :)*

  23. Memang kita mesti mau banyak belajar pada siapa saja, termasuk pada binatang. Nah, salah satu hasil belajar itu yang postingan ini, he..he..he… Idenya dari kambing ya…?

Tinggalkan Balasan ke mintarsih28 Batalkan balasan